Terancam Punah dan Jalan Panjang Digitalisasi Aksara Daerah di Indonesia
solskjaer beri dukungan untuk arteta
Merdeka.com - Prihatin, demikian kisah sederhana nasib aksara wilayah di republik ini. Kecuali hampir musnah sebab pengucapnya makin berkurang, usaha konservasinya secara digital juga rendah.
Pengurus Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) mengatakan, dari 718 bahasa wilayah di Indonesia, baru 7 yang tercatat di Unicode. Kita kalah atas India yang semakin banyak mendaftar secara digital aksaranya.
Data UNESCO Atlas of Worlds Languages mengatakan ada 2.500 bahasa di dunia yang hampir musnah. Dari jumlah itu, lebih 570 bahasa posisinya benar-benar hampir musnah serta lebih 230 bahasa sudah musnah semenjak 1950.
Registrasi aksara wilayah di Unicode penting agar aksara-aksara wilayah kita dapat masuk ek pola internationalize domain name (IDN), hingga aksara-aksara itu dapat dijangkau dan dipakai di internet.
IDN adalah nama domain untuk bahasa lokal atau aksara tiap wilayah/negara. Sebab nama domain ini memiliki sifat spesial, jadi tidak memakai huruf latin dengan watak kecuali a, b…, z; 0, 1,…, 9; dan "-" yang disebut code American Standar Kode for Information Interchange (ASCII).
Simpelnya, jika aksara wilayah kita telah tercatat di Unicode, karena itu aksara itu dapat didaftarnya ke instansi internet dunia (ICANN) agar aksara itu dapat tampil di computer, netbook, handphone, dan tablet.
"Jadi ada 700 bahasa wilayah di Indonesia yang belum digital. Jika pengucap bahasa wilayahnya tidak lagi ada, karena itu aksara wilayah itu dapat musnah dari bumi Indonesia," kata Yudho Giri Sucahyo, Ketua PANDI, habis mengeluarkan secara daring program 'Merajut Indonesia lewat Digitalisasi Aksara Nusantara', akhir minggu kemarin.
Menurut Yudho, digitalisasi aksara wilayah ini penting, sebab perkembangan pemakai internet dunia makin cepat. Tetapi, pemakai internet itu umumnya menggunakan aksara/ huruf latin untuk menulis di netbook atau handphone, dan bukan aksara wilayah.
Jika keadaan ini didiamkan, bukan mustahil, aksara wilayah di Indonesia akan musnah. Apa lagi di Indonesia bahasa intinya memakai aksara latin, hingga bahasa ibu yang menjadi peninggalan nusatara kemungkinan raib semakin tinggi.
PANDI mencatat baru 7 aksara wilayah yang terdaftar di Unicode, yaitu aksara Jawa (Hanacaraka), Sunda, Bali, Lontaraq (Bugis), Rejang, Batak, dan Pegon. Tetapi, tidak gampang mendaftar aksara wilayah ke Unicode, sebab Unicode menyaksikan Indonesia masih di tingkat limitless usage dari aksara-aksara wilayahnya. Tujuannya, aksara wilayah baru dipakai untuk beberapa nama gedung.
Jika pengin menambahkan jumlah aksara wilayah di daftar Unicode, karena itu Indonesia perlu tingkatkan tingkatnya dari tingkat limitless usage sekarang ini.
"Di tahun depan (2021), kita harus menunjukkan ke Unicode benar-benar aksara wilayah kita ada pengucapnya. Karenanya, PANDI membuat situs Menyulamindonesia.id yang memiliki sifat open source hingga semua kelompok terutamanya praktisi aksara dapat berperan serta dan berperan tuliskan aksara wilayahnya," tutur Shidiq Purnama, Chief Registry Officer PANDI, semangat.
Sebenarnya, PANDI lakukan taktik lain untuk memuluskan gagasan digitalisasi aksara wilayah. Ya, PANDI langsung 'nyemplung' jadi Associate Members Unicode. Jadi PANDI sejajar dengan beberapa nama terkenal yang terlebih dahulu jadi anggota, seperti Twitter, Tinder, Oracle, Sas, Teradata, dan lain-lain.
Paralel dengan Unicode, PANDI berusaha memperoleh standard ISO10646. Ini ISO untuk daftar aksara di penjuru dunia, sebagai referensi untuk kelompok manufacturing/industri membuat keyboard di piranti seperti handphone dan netbook.
"Kita perlu ISO10646 agar pabrikasi/industri tampilkan aksara wilayah nusantara seperti aksara Hanacaraka di keyboard pirantinya. Ini keutamaan ISO ini," kata Yudho yang guru besar Fakultas Pengetahuan Computer Kampus Indonesia.
PANDI memiliki komitmen penuh pada konservasi aksara wilayah, hingga membuat program spesial bertema Menyulam Indonesia lewat Digitalisasi Aksara ini. Dari program itu, diinginkan dapat melestarikan aksara nusatara yang semakin sedikit pemakainya di jaman saat ini.
Instansi kebudayaan dunia, UNESCO, memberikan dukungan penuh program PANDI itu. Apa lagi berdasar data UNESCO, banyak bahasa di dunia hampir musnah.
Rinciannya, lebih 50 % dari 6.700 bahasa di dunia masuk ke posisi 'terancam musnah' di muka bumi ini sebab kehilangan beberapa pengucapnya.
UNESCO Atlas of Worlds Languages in Danger mengatakan, nyaris 2.500 bahasa hampir musnah. Dari jumlah ini, lebih 570 bahasa posisinya benar-benar hampir musnah serta lebih 230 bahasa sudah musnah semenjak 1950.
Bukti yang lain, kurang dari 5 % bahasa-bahasa di dunia dapat dijangkau secara online.
"UNESCO senang dengan ide PANDI lakukan digitalisasi aksara-aksara wilayah di Indonesia, sebab lebih 570 bahasa di dunia benar-benar hampir musnah," kata perwakilan UNESCO di Jakarta, waktu memberikan sepatah kata secara daring di Grand Rilis Menyulam Indonesia lewat Digitalisasi Aksara Nusantara, akhir minggu kemarin.
Yudho menjelaskan PANDI senang program ini disokong penuh oleh UNESCO. Tetapi, suport lebih vital diinginkan tiba dari warga Indonesia, beberapa praktisi aksara di penjuru-pelosok, dan penopang kebutuhan yang lain.
"Program ini harus ditangani secara bergotong-royong, tidak dapat cuman PANDI," tegasnya.
PANDI telah jalankan taktik hybrid sejauh ini. Kecuali menjelaskan program ini ke kementerian-kementerian berkaitan dan universitas, Yudho dan team 'blusukan' ke kantong-kantong praktisi aksara wilayah. Selanjutnya membuat lomba situs berkonten aksara wilayah, seperti aksara Jawa, Sunda, Lontaraq, dan Pegon.
"Penerbitan ketentuan wilayah yang mengharuskan pemakaian aksara wilayah seperti perda di Bali pantas diikuti oleh pemda lain. Saya dengar Pemda DI Yogyakarta sedang mempersiapkan perda ," tandas Yudho.
Disamping itu, PANDI sudah mempersiapkan situs menyulamindonesia.id, yang menyediakan content sekitar aksara nusantara dimulai dari riwayat, proses digitalisasi sampai font aksara nusantara.